Judul tidak = isi

4 Jan

Kalau melihat cover atau sampul dari buku-buku terbitan di tanah air, pasti semuanya bagus-bagus. Dan biasanya kita akan bangga untuk membawanya kemana-mana. Baik ke kampus, kantor, mall dan lain-lain. Yang biasanya (kita) dengan sengaja tidak memasukan ke dalam tas, supaya orang lain lihat apa yang kita bawa dan kita baca (mungkin begitu). Padahal kalau di masukkan ke dalam tas, buku tersebut sebenarnya masih muat, mungkin sengaja pamer (ini sebenarnya kritikan tidak langsung saya kepada ’mereka’ yang membawa buku sengaja di tenteng walau sebanarnya isi tas masih kosong). Di tanah air tercinta ini, khusus untuk cover memang di rancang sedemikian rupa, sehingga cover dianggap salah satu daya tarik orang untuk mau membeli atau tidak. Tetapi betulkah dengan cover buku yang bagus maka isinyapun akan bagus, jawabanya pasti relatif. Ada yang bilang pasti bagus, dan ada yang bilang tidak bagus. Karena memang buat saya cover atau sampul buku tidak selamanya mencerminkan isi.

Seperti yang saya alami belum lama ini. Sebenarnya saya beli buku tersebut sudah lama, kurang lebih empat bulan yang lalu. Terus terang saya sangat kecewa dengan isi buku itu. Karena apa yang saya cari di buku tersebut tidak terlalu memuaskan keinginan saya kalau melihat pesan dari judulnya. Judul buku tersebut ”Teknik Reparasi PC dan Monitor”, menarik memang (khususnya untuk saya). Karena sependek yang saya tahu, agak jarang sebuah buku yang mengkupas tentang teknik reparasi kedua komponen tersebut. Buku tersebut di terbitkan oleh penerbit yang sudah tidak asing lagi bagi kita yang suka dengan bidang IT. Banyak sekali buku bermutu terutama bidang IT yang diterbitkan oleh penerbit sebut saja penerbit itu dengan ”EMK”, dan 85% buku IT yang saya punya terbitan dari ”EMK”.

Sebenarnya dari buku tersebut saya berharap banyak di kupas secara mendalam tentang teknik reparasi PC dan monitor. Tapi apa yang saya dapatkan. Di Bab 1 malah berisi panjang lebar tentang sejarah komputer, jenis-jenis komputer, program komputer dan cara-cara merakit PC. Bab 2: bagian-bagian dari PC. Baru di Bab 4 dan Bab 5 di jelaskan tentang elektronika dasar, penerapan transistor, mengukur resistor, dan lain-lain. Namun di Bab 6, 7 dab Bab 11 kembali melenceng. Di bab ini menjelaskan tentang jaringan komputer, hosting gratis, membuat account di yahoo (halah apa ini), setting telkomnet instan (ini lagi, di suruh telkom mungkin), memulai bisnis di bidang komputer atau IT dan lain-lain. Hanya di Bab 9 dan 10 yang menurut saya benar-benar yang saya cari sesuai dengan judul bukunya.

Saya tidak tahu, apakah memang seperti itu (harusnya) isi buku tersebut kalau di lihat dari judul bukunya. Kalau menurut saya salah dan kurang tepat, seharusnya judul buku itu bukan teknik reparasi PC dan monitor tetapi serba-serbi (gado-gado) komputer, atau apalah terserah, tetapi jangan itu. Kenapa tidak di Bab 4, 5, 9 dan 10 itu yang di perdalam pembahasannya, di tambah dengan pengalaman penulis buku tersebut selama kerjanya dalam menangani troubleshooting PC dan monitor. Seharusnya bab 1, 2, 6, 7 dan 11 dikeluarkan dari isi buku itu, bukan sebaliknya, malah di gabung.

Jangan-jangan di negeri kita ini banyak halaman depan atau sampul buku yang menipu atau tidak sesuai dengan isi di dalamnya. Atau memang sebenarnya ini cerminan dari wajah-wajah penghuni negeri ini yang katanya sopan, santun, ramah dan lain-lain. Padahal sebenarnya ’stigma-stigma’ itu masih perlu di perdebatkan kembali. Coba lihat buku-buku terbitan dari luar negeri. Sepertinya mereka tidak terlalu di pusingkan dengan tampilan cover. Banyak buku bermutu (yang saya ketahui) terbitan dari luar negeri yang cover bukunya hanya berupa tulisan saja, tanpa ada background gambar atau ilustrasi. Tetapi untuk buku-buku terbitan tanah air, cover buku mungkin masih merupakan salah satu daya tarik tersendiri di saat orang mau membeli buku. Yang penting covernya bagus, masalah isi terserah, mau bagus atau tidak, mungkin begitu. Buat saya, lebih baik isinya bagus dari pada sampul bagus tetapi isinya menipu. Atau kalau tidak kedua-duanya, sampul bagus begitu juga dengan isinya.

23 Tanggapan to “Judul tidak = isi”

  1. budhe Januari 4, 2007 pada 9:25 am #

    walah rugi dong, yg sesuai cuma 2 bab, hihihi. Mending beli novel dari pengarang yang sudah kita kenal aja mas. Dijamin ngga akan kecewa. jadi jangan liat covernya. Kan ada pepatahnya don’t judge the book from it’s cover he..he… ndak nyambung ya…

  2. ira Januari 4, 2007 pada 12:23 pm #

    thx banget ya dah namu..ia sih kebanyakan fiture..tapi lagi males ngedelete atau ganti2..ada ide gak..

  3. prayogo Januari 4, 2007 pada 1:26 pm #

    budhe***: Iya mba, memang hanya dua bab itu yang benar2 pas untuk saya. Novel, sebenarnya saya tidak terlalu suka, walau hanya kadang-2 saja membacanya. Memang pepatah itu benar adanya.

    ira***: terima kasih juga sudah kerkunjung ke rumah maya saya. Ide: ya sepertinya memang harus di buang rasa males itu. Sehingga fiture-2 yang memberatkan koneksi itu di hilangkan.

  4. Syarif Winata Januari 4, 2007 pada 3:07 pm #

    Ups… padahal penerbit terkenal, .. kalo saya biasanya baca dulu profile penulis, kalo dirasa cocok beli deh, ups.. jangan lupa bawa dompet 🙂

  5. kikie Januari 4, 2007 pada 3:22 pm #

    OOT banget .. ! apalagi buku-buku di toko buku kebanyakan dibungkus plastik, jadi nggak bisa preview sebelum beli 😦

  6. landy Januari 4, 2007 pada 4:51 pm #

    soreeeeeeee mas , bener banget nih pistingan , kadang saya juga ngalamin kaya gitu. sebeeeeeeeeeeeeeeeeeeel

  7. afin Januari 4, 2007 pada 7:42 pm #

    itulah makanya, sudah capek-capek beli kadang isinya gak berarti, ugh kesel abis, tapi udah kadung beli, untung akhir2 ini gak punya duit jadi gak ngiler kalo lihat buku, mo minjemin aku buku pra?

  8. prayogo Januari 4, 2007 pada 10:20 pm #

    Syarif Winata***: Terkenal tidak jaminan, buktinya saya merasakannya sendiri. Memang sih, biasanya saya juga baca dulu profile penulisnya. Baru beli, tetapi kemarin saya dah kepincut duluan dengan judul di covernya.

    kikie***: Beberapa memang sepertinya di sengaja untuk tdk boleh dibuka. Saya paling kesel kalau melihat buku semuanya di plastikin, tanpa satupun di buka untuk di baca atw sample. Ya, akhirnya yang jadi korban pelastik itu seperti saya ini.

    landy***: Iya, sebel banget, sangat-sangat sebel.

    afin***: Memangnya mba afin suka baca buku apa, saya 85% koleksi yang ada di kamar saya adalh buku2 IT, sisanya 5% politik, 5% sastra dan 5% tentang Islam. Suka buku tentang IT juga ya…

  9. micokelana Januari 5, 2007 pada 11:31 am #

    Yah yog gitu lah indonesia, yang penting ada buku, ada penulis, ada penerbit, ada yang beli. Pokoknya Yang penting aja deh..??? 😀

  10. redwar Januari 5, 2007 pada 1:19 pm #

    Untung sy gak pernah ngalamin hal kaya gitu…
    abis saya cm peminjam buku yg baik…. bukan pembeli….

    btw boleh pinjam buku2nya???? atau mo dihibahkan??? sy terima dgn senang hati

  11. prayogo Januari 5, 2007 pada 6:20 pm #

    micokelana***:Iya memang yang di lihat hanya sisi kuantitas, tanpa di perhitungkan sisi kualitasnya.

    redwar***: Wah koleksi saya tdk terlalu banyak, jadi kalau mau menghibahkan ya belum pantas. Bahkan kalau bisa saya yang seharusnya di kasih hibah.

  12. neeya Januari 5, 2007 pada 8:49 pm #

    yg sependek saya tau setelah kenal dengan yang namanya dunia percetakan dan penerbitan. Biasanya memang yg utama itu judul dan covernya. Isi tidak begitu dilihat (kecuali oleh penerbit yg benar-benar peduli dengan isi sebuah buku). Asalkan kira2 topiknya menarik dan marketable, langsung aja naik cetak dan terbitkan. Kan sering tuh tulisan ‘isi diluar tanggung jawab penerbit’. Jadi sang penerbit cuma nerbitin doang, yg penting bisa laku, dia bisa untung.

    Jadi aku pun bakalan mikir 27 kali sebelum beli buku ehhehehe

  13. helgeduelbek Januari 6, 2007 pada 11:02 pm #

    duh sori telat ngomen kok rss readerku gak sigap yah menangani info2 baru. apa telmi rss reader yg kupakai.
    Wah masalah buku nih… Kalau buku yg sifatnya gitu itu, wajar dan memang maksudnya menjebak agar laris manis isi nomor kesekian. Kalau buku2 akademis sepertinya gak ada yang sifatnya seperti itu.
    Mas prayogo… kalau dua kalimat terakhir itu dianalogikan dengan wanita gimana? apa masih mau milih yg kovernya gak bagus meskipun dalemnya semolohai? jadi inget tentang diskriminasi wajah tulisan passya nih.

  14. jt Januari 8, 2007 pada 2:25 pm #

    njenengan sama dengan guru smaku dulu. beliau ngomel sampul buku fisika di indonesia. menurut dia sampul yang bagus, buku fisika yang ia pegang, bergambar gelombang. “semuanya adalah gelombang”. kami diam saja, nggak ngeh. setelah kuliah baru aku ngeh, apa kamsudnya. 🙂

  15. Herman Januari 13, 2007 pada 3:55 pm #

    Tulis di surat pembaca aja. Biar kapok 🙂 Mekanisme kontrol dari konsumen.

  16. maya Januari 13, 2007 pada 4:06 pm #

    seperti kata pepatah lama don’t judge a book by it’s cover..jadi cover bagus kadang menipu hehehe 😀

  17. Aan Januari 15, 2007 pada 10:16 am #

    saya pun mengalami hal tersebut, saat membeli buku “Teknik Reparasi PC dan Monitor” dalam kondisi segel terbungkus plastik. Dari sampulnya terlihat gambar reparasi harware monitor, Setelah dibuka dirumah isinya tidak sesuai atau sangat minim (kurang asem!!). Kalo ada temen tahu tentang buku acuan monitor tolong dong kasih tahu..

  18. mrtajib Januari 30, 2007 pada 11:16 am #

    1. Jumlah penulis buku tidak sebanding dengan jumlah penerbit (kata teman, yang punya pebnerbit lho).
    2. Penerbit buku harus terus berproduksi, karena kalau hanya terbi satu dua buku, lebih banyak ruginya, kecuali jika buku itu best seller (di Indonesia, ada berepa sih buku best seller?)
    3. Karena harus terus produksi, ya….kadang menerbitkan buku yang ¨asal-asalan¨
    4. Tapi, walau buku yang diterbitkan itu asal-asalan, ya harus dibalut biar menjadi menarik. Trik jual bukan?
    5. Sebagaian besar pembeli buku juga masih melihat cover daripada isi buku. Tak peduli buku itu bagus apa gak, atau hanya sekedar asal-asalan, yang penting covernya bagus.
    6. Mungkin buku yang sampean beli itu termasuk buku yang asal-asalan, tetapi covernya bagus.
    7. Mengapa harus beli? 8. Jawabnya, mungkin, kareha diplastik.
    9. Kalau tidak diastik? Mungkin sampean tifdak akan beli.
    10. Ya sudah…… sama-sama…..bo….?

  19. kangguru Januari 30, 2007 pada 3:10 pm #

    seing banget kejebak beli buku kayak gitu dan biasanya seperti iklan obat ” jika sakit berlanjut hubungi dokter hehehhehe” atau ada EULA ” Isi diluar tanggung jawab Percetakan “

  20. Dani Iswara Januari 30, 2007 pada 8:32 pm #

    kalo judul blog bole kan ya.. 😀

  21. agorsiloku Februari 13, 2007 pada 9:16 am #

    Kalau dari contoh di atas, kayaknya pilihan judulnya benar-benar keliru. Mengenal komputer dengan mereperasi komputer dua hal yang berbeda. Tapi kalau ini disengaja, emang penulis dan penerbitnya yang salah berpikir. Boleh jadi berseri, tapi seri 1 tidak menyebutkan dengan jelas. Padahal tekniknya ada di jilid dua (yang masih disusun dan belum terbit)…..
    Judul mencerminkan isi, semestinya begitu. Atau ada alasan lain. Tiap kepala punya pertimbangan masing-masing….

  22. Agoesroeses September 15, 2007 pada 10:52 am #

    Wah pemisi ya,…. lagi pada bicarakan masalah buku ya,..??!

    Memang kadang buku mengecewakan tapi internet mempunyai solusinya kalau rajin cari apa yang diinginkan pasti ada jawabannya, lebih banyak memuaskan dari masalah TI, Hardware, Novel, Cerita Humor, Serem, dan Masalah Kedokteran,…..

    yang pasti kalau membeli buku ??? komik aja kayaknya yang enak.

  23. dvdripperreview September 4, 2011 pada 9:31 pm #

    you see that?
    video converter reviews

Tinggalkan Balasan ke redwar Batalkan balasan